DAM dan THK

⊆ 09.07 by SOCIAL ENTREPRENEUR | ˜ 0 komentar »

Terangsang ijtihad saat THK ke-2 berlangsung tahun 1995, muncul pertanyaan: “Mungkinkah dam haji Indonesia dialihkan ke tanah air?” Alasannya sederhana. Pertama, sebagian rakyat Indonesia miskin. Kedua jamaah haji Indonesia, jadi satu solusi. Dan ketiga, melalui THK proses pemberdayaan tengah digalakkan. Namun, alih-alih mendapat tanggapan solutif. Seorang ustadzah balik bertanya: “Siapa Dewan Syariah Dompet Dhuafa?” Tanggapan itu pertanda pintu ijtihad dam tertutup. Daripada menumbuhkan pro kontra yang punya dampak pada DD, lebih baik diam tapi tetap bekerja.

10 tahun sejak pertanyaan itu muncul, di haji 2005 ini, saya punya kesempatan melongok Maslah Jabal Nur. Lokasi penjualan dan pemotongan dam qurban haji, sekitar 15 km dari Aziziah Makkah. Untuk DAM dan kurban haji ini, Makkah memiliki beberapa tempat di antaranya Maslah Ka’kiah, Jabal Qurban yang lokasinya terletak di Mina. DD sudah 11 tahun punya tradisi THK. Maka saat memasuki Maslah Jabal Nur, sesuatu yang tak dijumpai di THK muncul. Sekitar 1 km-an, bau bangkai menyergap. Beruntung bau ini tak menyengat karena tingkat kelembaban yang rendah. Di kiri kanan jalan, isi perut berserak. Di atas onggokan isi perut dan kulit itu, potongan kaki hewan tumpang tindih. Juga tergeletak potongan kepala unta atau kambing. Di samping kepala-kepala itu bercecer sepanjang jalan masuk.

Begitu jeep yang saya tumpangi sampai di lokasi, beberapa tukang jagal segera bergayutan. Pemandangan menakjubkan menyergap. Ratusan ribu domba dan unta, berkelompok di petak-petak disekat pembatas. Masing-masing petak dimiliki juragan. Tukang jagalnya memakai wearpack warna merah. Amat mencolok dengan kulit mereka yang rata-rata hitam. Belakangan saya sadar, warna merah dimaksud agar darah tidak menambah keseraman. Tangan, kaki dan leher para tukang jagal, rata-rata memang telah bersimbah darah. Sedang isi perut menggunung di mana-mana. Potongan kaki, kulit dan kepala, bahkan daging utuh teronggok-onggok tak tersentuh.

Tukang jagal ini, dikuasai orang-orang Afrika. Sedikit sekali berasal dari Bangladesh atau Pakistan. Dan tak satupun tukang jagal berasal dari Indonesia. Phisik kita jauh dibanding mereka. Tabiat kita tak bisa mengimbangi proses pemotongan ratusan ribu unta dan kambing yang harus dipotong. Tak tampak belas kasih di sini. Saat menghela unta, mereka gunakan tongkat sepanjang 2 m-an sebagai penggebuk. Cara membawa domba, mereka seret satu kaki belakang. Kemudian mereka angkat dan lempar. Tiba-tiba buuuk... buuuk ...buuuk, seorang tukang jagal Bangladesh jatuh dikeroyok sekitar 13 orang hitam. Jika tak dilerai seseorang yang bertubuh raksasa, si Bangladesh itu rusak digebuki tongkat. Hukum rimba tampaknya tak lenyap dalam prosesi ibadah ini. Tanpa penataan sistem, bagaimana mungkin bisa memotong jutaan hewan dalam hitungan 4 hari.

Dam haji 2005, resmi ditetapkan 400 RS per orang. Di rupiahkan sekitar Rp 1 juta lah. Harga kambing berkisar antara 250 hingga 400 RS. Bentuk dombanya macam-macam. Bisa jadi domba dari seluruh dunia hadir. Sedang unta antara 1.500 sampai 2.700 RS. Soal kemakmuran, jangan tanya lagi. Andai 2 juta dari 4 juta jamaah haji harus tamatu, maka jumlah dam yang harus mereka keluarkan 800 juta RS. Dirupiahkan total Rp 2 triliun. Jika seluruh juragan unta dan kambing ada 1.000 orang, maka tiap juragan mengantungi uang Rp 20 miliar per tahun.

Dibanding dam, THK memang tak berarti. Namun dari manfaat, THK punya arti luar biasa. Sedari awal menggagas THK, tak pernah diniatkan untuk bisnis seseorang. THK 2005 terhimpun 8.627 kambing dan cuma 229 sapi. Total rupiah THK yang digalang lembaga zakat terbesar di Indonesia ini Rp 7 miliar. Bandingkan dengan juragan di Maslah Jabal Nur. Per juragan minimal Rp 20 miliar. Sementara THK 2005 yang Rp 7 miliar itu, ditebar ke 2.400-an desa. Dan mustahil THK menyia-nyiakan jeroan, kaki dan kepala kambing. Bukankah itu inti bahan hidangan sop yang lezat.

Insya Allah THK punya berkah. Bahkan keberkahan itu telah merebak. Sebab THK sebagai model yang digagas DD, ditiru lembaga lain. Maka pertanyaan 10 tahun lalu, jadi relevan lagi: “Mungkinkah dam haji Indonesia bisa dialihkan ke tanah air? Rasulullah SAW berpesan: “Kemiskinan bukan ditentukan oleh tidak dimilikinya 1 atau 2 biji kurma. Tetapi ditentukan oleh ketidakmampuan mengelola sumber daya”.

Ya Muhammad, mukaku selalu merah menahan malu. Mengapa selalu saja kami tak sanggup melaksanakan pesan-pesanmu.

Pondok Pinang

4 Januari Repulika


0 Responses to DAM dan THK

= Leave a Reply